GROBOGAN

Diseminasi Penelitian, Setahun Ada 33 Kasus Bunuh Diri di Grobogan, Didominasi Gantung Diri

15 Views
Foto/NM. Bahan kajian Pemkab, Dosen Psikologi Undip Anastasia sampaikan siklus bunuh diri di Kabupaten Grobogan,Jumat 10/1.

GROBOGAN NEWSMETRO.CO – Kejadian bunuh diri di Kabupaten Grobogan dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Bahkan selama 2019 ada 33 kasus bunuh diri yang didominasi gantung diri. Menyebar di semua kecamatan.

Hal itu diungkapkan dalam riset sebagai bahan kebijakan Pemkab Grobogan Jumat 10/1 yang dihadiri berbagai OPD terkait. Diseminasi hasil penelitan yang dilakukan riset diantara tingginya kasus bunuh diri, stunting, dan kemiskinan.

Salah satu Dosen Psikologi Undip Semarang Anatasia mengulas tentang siklus bunuh diri yang masih tinggi di Kabupaten Grobogan. Bahkan, menurutnya bunuh diri menjadi siklus yang tak terputuskan. Karena seseorang tidak bisa mengontrol pikiran keinginan bunuh diri.

”Kita harus menghentikan siklus ini, dengan cara lebih peduli terhadap sekitar. Jangan sampai seseorang itu memiliki opsi bunuh diri di pikirannya. Jangan biarkan dia melakukan percobaan bunuh diri,” jelasnya.

Dijelaskan, tren lima tahun terakhir yang terus naik menjadi lampu kuning buat seluruh OPD. Mengingat di setiap Kecamatan di Kabupaten Grobogan ada kasus. Paling banyak di Kecamatan Wirosari, Gabus, Geyer, Penawangan, dan Purwodadi.

”Laki-laki lebih tinggi dari perempuan, kasus didominasi usia lebih dari 45 tahun. Namun di bawah 18 tahun juga ada lima kasus, ini cukup berbahaya. Kemudian untuk jenis pekerjaan adalah petani paling tinggi. Penyebabnya pun bukan karena ekonomi, malah karena penyakit kronis. Mereka melakukannya dengan cara menggantung di dalam rumah,” jelasnya.

Bahkan, tingginya kasus di Kecamatan Wirosari menjadi perhatian khusus, sebab kasus tinggi terjadi di Desa Tambakselo. Di sana masyarakat meyakini bunuh diri sebagai pulung gantung, lantaran tidak bisa ditolak dan tidak bisa diatur.

”Jadi kalau berprinsip seperti itu berarti kasus tidak dapat dikurangi dan dihindari. Harusnya tidak begitu. Rata-rata di sana memiliki problem kejiwaan, mereka minum obat sehingga memutuskan bunuh diri,” tandasnya.

BACA JUGA  KPU Grobogan Lantik 840 Anggota PPS Pelaksanaan Pilkada 2020  

Selain bunuh diri, dalam musreng tersebut juga melakukan riset penanganan stunting dan kemiskinan yang cukup tinggi. Dimana OPD dan perangkat daerah diminta mengkritisi permasalahan serius tentang kemiskinan. Sebab, kemiskinan Grobogan di posisi 12 se-Jateng. Target penurunan tahun ini harus 11,18 persen,”ungkap Dosen mengakhiri. (tim NM/Grob).

 

Redaksi

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *