METRO PATI

Kirab Taptu, Bupati Terharu Momen Sejarah Pertempuran Kemerdekaan di Pati

5 Views

PATI NEWS METRO.CO – Rangkaian prosesi kirab taptu menjelang HUT Ke-74 Republik Indonesia membuat Bupati Pati Haryanto terharu setiap kali mendengar momen  sejarah tentang pertempuran mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di Pati. Kirab Taptu malam  dengan sejarah yang dibacakan dalam rangkaian prosesi taptu di depan Gedung Juang Pati, Jumat (16/8).

Ia pun menyadari bahwa perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidaklah mudah. “Kirab taptu malam ini juga diselenggarakan dalam rangka mengingatkan kita akan sejarah perjuangan para pahlawan.

“Bahwa perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia tidaklah mudah. Di sini kita hanya bisa introspeksi dan meneteskan air mata. Karena beliau (para pejuang) tidak bisa menikmati kemerdekaan. Yang bisa menikmati adalah kita,” ungkap Haryanto di hadapan masyarakat yang menyaksikan prosesi taptu.

Sejarah singkat yang dimaksudkan Bupati dibacakan oleh Wakil Ketua  Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kabupaten Pati,  Kapten Purnawirawan Untung Joko Suratno. “Untung menyebut, peperangan yang terjadi di Pati tidak bisa dilepaskan dari peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, 15-19 Oktober 1945. “Oktober 1945, setelah Jepang menyerah kepada Sekutu di Semarang, tentara Jepang tidak mau menyerahkan senjatanya.

Tiap malam tentara Jepang berkeliaran sampai tanggal 14 Oktober 1945 pukul 1 malam,” jelasnya.

Ketika itu, lanjutnya, para pejuang juga harus menghadapi Belanda, dengan membonceng tentara Inggris. Tentara Belanda hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia yang telah
diproklamasikan. Perjuangan melawan Belanda pun, menurut Untung, berlanjut hingga peristiwa pemberontakan PKI di Madiun pada 1948.

“Pada tanggal 28 Desember 1948, setelah PKI dibubarkan oleh tentara Siliwangi dan Jawa-Bali, 5 orang gugur. Dua orang dari anggota PPI dan tiga orang anggota Masyumi. Keesokan harinya, 29 Desember 1948, di Pos Widorokandang, Saudara Gunawan dari anggota brigade mobil tertembak di rumahnya,” tambahnya.

BACA JUGA  Pemkab Pati Dukung Program Inovasi Dan Bursa Inovasi Desa

Melanjutkan ceritanya, Untung mengatakan, pada tanggal 11, 12, dan 13 Juni 1949 terjadi pertempuran antara tentara Belanda dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Pucakwangi. “Esok harinya, di Kletek dan Sundoluhur, 21 tentara Belanda dihadang dan ditembak mati.

Selanjutnya, sebagian tentara kita di bawah pimpinan penghadangan saudara Irmar Woto bertempur dengan pesawat Cocor merah di stasiun kereta api Pati. Sebagian lainnya bertempur di Patiayam. Saudara Ali Ahmadi gugur di Trowelo Kecamatan Gembong dalam pertempuran ini”, pungkasnya. (tim NM/Pati)

 

Redaksi

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *