Komonitas Satwa Eksotik Kenalkan Ular Berbisa Pada Pelajar SMP
20 Views
Di sesi ini , wawan sebagai ketua dari KSE ( komunitas satwa eksotik ) Regional Semarang mengatakan ke siswa-siswa yang hadir dan mengikuti edukasi kali ini bahwa Ular gadung luwuk atau
Ular ini bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar
Bisa ular ini,seperti umumnya family crotalinae, bersifat hemotoksin yang merusak system peredaran
Bisa bersifat hemotoksin sendiri jika didalam darah akan mencegah oksigen membentuk hemoglobin. Akibatnya sel-sel darah akan rusak dan penggumpalan darah akan terjadi, menyerang sistim sirkulasi darah dan sistim otot dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangrene, dan
kelumpuhan permanen.
Lalu sesi selanjutnya digelar juga pengetahuan singkat tentang jenis-jenis lain dari ular berbisa yang sering ditemui juga disekitar lingkungan kita terutama lokasi yang masih berbatasan dengan hutan
sekunder / hutan kampung , kebun , pekarangan luas , seperti ular kobra jawa, ular welang, ular weling, ular cabe, ular pudak bromo dan lainnya yang dibawakan oleh Ocie / Ocid masih dari kru edukasi KSE (komunitas satwa eksotik ) Regional semarang.
Seperti keterangan salah satu siswa setelah mengikuti arahan dari wawan diatas tadi, Satria ( 13 ) mengatakan “bahwa sangat fatal dan mengerikan dari dampak digigit ular hijau kecil berbuntut merah\tersebut apalagi membayangkan sewaktu terkena gigitan tidak ada teman atau masyarakat sekitar untuk segera memberikan pertolongan / membawa ke rumah sakit rujukan sesuai keterangan dari kakak-kakak KSE tadi “ Bpk Catur galih , selaku Pembina ke Pramuka an SMP Theresiana Semarang mengatakan bahwa “kedatangan para anggota dari KSE ( komunitas satwa
eksotik ) ini ke sekolah kami sangat banyak manfaatnya bagi siswa terutama siswa telah secara singkat terbekali tentang pengetahuan jenis-jenis ular berbisa yang umum dan rumah sakit rujukan jika terkena gigitannya” Akhirnya sesi penutup adalah berupa interaksi langsung dan berfoto
bersama satwa-satwa yang dibawa oleh kru KSE seperti ular, kadal, biawak, iguana dan lainnya , yang tentunya semua bukan satwa berbisa, dan berbahaya melainkan merupakan satwa yang telah jinak dan aman untuk dilakukan interaksi oleh siswa-siswa yang mengikuti acara edukasi ini.
Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.
jaringan akan membengkak dan sebagian akan berwarna merah gelap.Menyusul terjadinya
pembengkakan, rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh bagian yang tergigit. Rasa nyeri akan terasa terutama pada persendian antara luka dan jantung.
dikenal juga sebagai ular hijau buntut merah / ular bangkai laut / white lipped tree viper / bamboo pit viper , aktif di malam hari dan tidak begitu lincah. kerap terlihat menjalar lambat di antara ranting
darah.Dimana gigitannya pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat, dan kerusakan jaringan di sekitarluka gigitan. Dalam menit-menit pertama setelah gigitan,
sebagai anak-anak ular, sehingga seakan akan melahirkan.Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali “bersalin” Lanjut dari keterangan Wawan , Di balik ketenangannya, sebenarnya ular ini mudah merasa terganggu dan lekas menggigit. Ular ini merupakan penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk.1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997), dan 2,4% di antaranya berakibat fatal.
atau lantai hutan. Sangat menyukai hutan bamboo dan belukar yang tidakjauh dari sungai tapi tak jarang sering ditemukan di kebun dan pekarangan di dekat rumah dan karena tidak lincahnya dan warnanya yang menarik mengundang orang yang tidak tahu spesifikasi ular ini untuk menangkapnya.