Prosesi Larung Kepala Kerbau di Ujungbatu Jepara Berlangsung Sederhana

JEPARA, NEWSMETRO.CO – Pesta Lomban yang menjadi tradisi rutin di Kabupaten Jepara tahun ini ditiadakan. Hanya saja, prosesi larung kepala kerbau masih dilakukan. Prosesinya berjalan lebih khidmat dan sederhana. Sabtu, (6/6/2020)
Sekitar pukul 05.00 WIB beberapa orang berkumpul di TPI Ujungbatu, Jepara, untuk persiapan larungan. Mulai dari Lurah Ujungbatu, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) didampingi Bhabinkamtibmas, dan Bhabinsa.
Tak ada tari-tarian khas nelayan dan acara seremoni sebagaimana yang biasa digelar jelang larungan pada tahun-tahun sebelumnya. Kali ini keberangkatan larungan kapal hanya dilepas dengan salawatan yang dikumandangkan dari masjid terdekat. Hanya sekitar belasan masyarakat yang berkesempatan melepas langsung, puluhan lainnya datang terlambat dan harus kecewa lantaran tak bisa menyaksikan prosesi larungan.
Hanya satu kapal yang disiapkan untuk larungan tersebut. Tak lebih dari dua puluhan orang di dalamnya. Sekitar pukul 05.20 WIB, kapal yang membawa larung kepala kerbau diberangkatkan tanpa kapal-kapal pengiring.
Di tengah laut sendiri, larung kepala kerbau berlangsung khidmat. Kali ini miniatur kapal berisi kepala kerbau dan ubarampe lainnya mengapung lebih lama sebelum akhirnya direbut oleh nelayan yang juga menaiki kapal larung yang sama.
Sekitar pukul 06.30 WIB, kapal larung kepala kerbau sudah berlabuh kembali di dermaga TPI Ujungbatu. Saat kembali, kondisi dermaga sudah sepi. Masyarakat yang sempat datang sudah banyak yang kembali pulang.
Meski digelar tanpa Pesta Lomban yang meriah, Ketua HNSI Kabupaten Jepara Sudiyatno menyatakan, semua rangkaian sedekah laut dilakukan. Hanya saja prosesinya sederhana dan tertutup.
Sabtu pagi, dimulai dengan penyembelihan kerbau di rumah pemotongan hewan Jepara dan menghias kepala kerbau di miniatur kapal kecil yang aka dilarung. Dilanjutkan dengan nyekar ke makam leluhur yakni Cik Lanang oleh Kelurahan Bulu usai waktu asar. Setelah magrib, ada wayangan di TPI Ujungbatu bersamaan dengan itu ada pula nyekar kemakam Mbah Ronggo Mulyo. Wayangan dilakukan di salah satu ruang TPI dan hanya berlangsung sekitar setengah jam dengan beberapa penonton saja. Pada malam sebelum larungan kepala kerbau itu, ada pula makan bersama oleh para nelayan.
Sedekah merupakan ungkapan syukur dari para nelayan atas riski yang telah dilimpahkan selama setahun terakhir. “Dengan larung kali ini kami para nelayan berharap semoga tangkapan ikan ke depan bisa lebih banyak,” ujarnya.
Tahun ini meski sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, namun nelayan setempat mengaku lebih khidmat dalam menjalankan prosesi dari awal hingga akhir. Hal ini sebagaimana disampaikan Eko, salah satu anggota HNSI.
Dia menyatakan, dengan adanya pandemi mengharuskan pelaksanaan larungan berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. “Kali ini hanya dilaksanakan intinya saja, tanpa kegiatan yang memeriahkan,” ungkapnya.
Semua rangkaian tetap dijalankan termasuk wayangan. “Meski tidak lama, ibaratnya hanya untuk meruntuhkan kewajiban sebagaimana biasanya,” ujarnya.
Salah satu yang cukup berbeda juga terlihat saat kepala kerbau dilarung. Di mana biasanya saat diturunkan langsung menjadi rebutan para nelayan dari kapal yang mengiringi, namun kali ini dibiarkan untuk mengambang lebih lama baru kemudian diambil oleh nelayan.
Para nelayan sekitar pun, dikatakannya, turut berkomitmen untuk melakukan larungan tanpa menyebabkan kerumunan. “Jadi larungnya memang kami buat lebih pagi, bahkan dari HNSI juga meminta pom nelayan untuk tidak melayani pembelian solar pada Sabtu kemarin agar tidak ada nelayan yang menyertai,” tuturnya.
Sementara itu Lurah Ujungbatu sebagaimana penyelenggara kegiatan, Anjar Jambore Widodo mengatakan, pihaknya bersyukur semua rangkaian kegiatan berjalan lancar. Hal tersebut tidak terlepas dari kerja sama seluruh jajaran Kelurahan Ujungbatu sebagai penyelenggara. (tim NM/Kudus).
![]()


