Kisah Runtuhnya Kerajaan Agung Sejagad Purworejo Jawa Tengah
19 Views

JATENG.NEWSMETRO.CO – Masyarakat sempat dihebohkan dengan hadirnya kerajaan baru di Indonesia, yaitu Keraton Agung Sejagat. Diketahui kerajaan tersebut terletak di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kerajaan ini mulai ramai dibicarakan setelah viral muncul foto-foto mengenai kirab budaya serata wilujengan yang diadakan pada 10-12 Januari 2020.
Mengutip dari berbagai sumber, dalam jumpa pers di ruang sidang Keraton Agung Sejagat ini disebut-sebut memiliki raja dan ratu, yaitu Totok Santoso Hadiningrat dan Kanjeng Ratu Dyan Gitarja. Selain itu, mereka juga mengatakan memiliki 13 menteri. Pimpinan Keraton Agung Sejagat atau dipanggil Sinuhun tersebut mengatakan keberadaannya adalah menuanikan janji 500 tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1518.

“Keberadaan kami adalah menunaikan janji 500 tahun dari runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1518. Wilujengan Keraton Agung Sejagat ini adalah untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke Jawa,” kata Totok kepada media.
KAS menjadi satu-satunya kerajaan di dunia yang cukup nyentrik dan aneh. Kerajaan ini muncul atas klaim sepihak. Meskipun mereka mengaku sebagai penerus Kerajaan Majapahit, tak ada satu pun bukti yang memperkuatnya. Kalau toh sebagai penerus Kerajaan Majapahit kenapa tidak berlokasi di Mojokerto justru malah ngumpet di desa.
Fakta nyeleneh ada pada Keraton Agung Sejagat yaitu ada sebuah batu yang terletak di dalam keraton tersebut dianggap sebagai prasasti oleh Keraton Agung Sejagat. Batu tersebut berasal dari Kecamatan Bruno, Purwerejo yang berjenis batu andesit. Anehnya, ‘anggota keraton’ tersebut justru menyakralkan batu biasa tersebut dengan menutupinya menggunakan mori dan memberikan berbagai jenis sesaji.
Kejanggalan lainnya adalah kerajaan yang didirikan oleh Totok ini melarang membawa handphone ke dalam lingkup keraton. Hal tersebut juga berlaku ketika mereka sedang melakukan kirab. Kirab adalah budaya berjalan bersama-sama atau beriring-iringan secara teratur dan berurutan dari muka ke belakang dalam sebuah upacara adat atau keagamaan.
Totok Santoso Hadiningrat (nama aslinya Toto Santoso) dan pasangannya Dyah Gitarja (nama aslinya Fanni Aminadia) ini mungkin ingin terlihat berwibawa sebagaimana pasangan raja dan ratu pada umumnya. Apakah kedua pasangan ini melakukan penipuan sehingga ratusan pengikutnya mau mengakui sebagai raja dan ratu?
Bukan hanya itu, ia juga mengklaim menguasai dan memiliki wilayah di seluruh dunia. Namun, belum sempat menguasai dunia aksi Raja dan Permaisuri Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa dan Fanni Aminadia sudah berakhir. Pasalnya, polisi menangkap mereka karena aktivitas yang membuat resah masyarakat.
Akhirnya tak lama berdiri, KAS mulai runtuh setelah tercium bau-bau kriminal di dalamnya. Beberapa dokumen palsu disita polisi guna melakukan penyelidikan lebih lanjut sementara Toto dan Dyah masih diamankan kepolisian setempat.
Setelah tertangkapnya ‘Raja’ dan ‘Permasuri’ tersebut, beberapa fakta mencengangkan terungkap. Polisi mengungkap bahwa keduanya bukanlah sepasang suami istri melainkan hanya sebagai teman perempuannya.
Selain itu, mereka juga dianggap telah melakukan tindakan kriminal penipuan. Sebab, agar menjadi anggota dalam kerajaan tersebut mengharuskan untuk menyerahkan uang puluhan juta rupiah. Uang tersebut nantinya akan ditukar dengan seragam dan pangkat.
Usut punya usut, rakyat KAS yang merangkap sebagai pegawai istana itu mayoritas berasal dari luar daerah bahkan si raja pun bukan dari Purworejo. Ini menunjukkan bahwa KAS sama sekali tidak memiliki pengakuan sah dari warga Purworejo. Lalu bagaimana mereka bisa datang jauh-jauh ke Purworejo kalau tidak ada sesuatu yang janggal?
Jika kerajaan lain hancur karena serangan musuh dari luar atau karena intrik internal kerajaan, maka KAS ini hancur karena ditangkap polisi atas kasus penipuan. Kasus ini pun masih berlanjut sampai ditemukan titik terang. Jika memang terbukti melakukan penipuan maka KAS hampir serupa dengan Dimas Kanjeng. Bedanya, KAS berkedok sebagai kerajaan sementara Dimas Kanjeng berkedok agama. (tim nm)