Ribuan Guru Ngaji di Pati Terima Dana Insentif dari Pemprov Jateng
1 Views
PATI NEWS METRO.CO – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengalokasikan anggaran untuk insentif guru Madrasah Diniyah (Madin), TPQ, guru ngaji dan pengasuh pondok pesantren. Insentif akan diberikan melalui dana hibah dengan total sekitar Rp 205 miliar. Tercatat hingga saat ini sudah ada 171.131 orang yang terdaftar akan menerima insentif tersebut.
Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menyerahkan bisyaroh kepada guru ngaji di Gedung Olah Raga (GOR) Puri Pati di sela rangkaian kunjungan kerjanya di kabupaten Pati, Rabu (27 Maret 2019) siang .
Dalam sambutanya Ganjar Pranowo mengatakan, “pemberian dana itu sebagai bentuk dukungan Pemprov terhadap guru madrasah agar semakin bermutu dan profesional dalam mendidik generasi masa depan. Sesuai janji jika kelak terpilih memimpin Jawa Tengah punya niat, ingin membantu para guru ngaji. Pasalnya, perjuangan guru-guru ngaji dinilai mendidik anak-anak kita sangat luar biasa,” katanya.
Pemberian bisyaroh ini, merupakan janji politiknya saat berkampanye pada Pilgub 2018. Saat itu dia bertekad membantu guru ngaji yang hanya berpenghasilan Rp 100 ribu per bulan dan saat ini kali pertama pemerintah Provinsi memberikan insentif pada guru ngaji seluruh Jateng.
“Kami sudah menitipkan anak-anak sehingga tahu agama, bisa ngaji, dan mengerti tentang islam dengan baik. Dengan satu harapan, kami hanya menyampaikan terima kasih. Kami tidak bisa memberikan banyak, tapi itu rasa cinta kami pada para guru ngaji. Kami sebenarnya malu karena terlalu sedikit. Dengan itu insyaallah akan jadi ikhtiar kami untuk memperhatikan mereka,” ujar Ganjar dihadapan para guru ngaji di GOR tersebut.
Di waktu yang sama, Bupati Haryanto saat diwawancarai mengakui,” janji politik Gubernur di awal periode kedua saat menjabat, sekarang ini telah dipenuhi.
Pemprov Jateng telah mengalokasikan anggaran untuk insentif untuk guru Madrasah Diniyah (Madin), TPQ, guru ngaji dan pengasuh pondok pesantren.
“Dari Pemprov tiap bulannya mendapat Rp 200 ribu, kalau dari Pemkab setahun Rp 750 ribu. Ini semua menyesuaikan kemampuan anggaran, sebab anggaran kita belum seberapa,” jelasnya kepada media.
Berdasarkan data yang dihimpun Bagian Humas Setda Pati, besaran bantuan yang diberikan Pemkab pada guru agama non formal seperti guru Madin, TPQ, sekolah minggu, dan guru agama lain, setiap tahun mengalami kenaikan.
Mulai dari 2014, nilai bantuannya hanya Rp 250 ribu, kemudian meningkat menjadi Rp 300 ribu pada 2015, meningkat lagi menjadi Rp 400 ribu tahun 2016 kemudian 2017 menjadi Rp 500 ribu, lalu 2018 Rp 600 ribu, serta yang terakhir di 2019 ini nilainya mencapai Rp 750 ribu per guru,”jelasnya.
Di akhir acara secara terpisah saat menemui salah satu dari ribuan guru ngaji yang mendapatkan bisyaroh dari Pemrop, Ali Badruddin (53) merasa terharu dan tidak menyangka pengabdianya sebagai guru ngaji selama 23 tahun mendapat perhatian khusus dari Pemprov Jateng.
Pria asal Gabus, Kabupaten Pati ini merupakan salah satu dari 5 ribu guru ngaji yang mendapat bisyaroh (insentif) dari Pemprov. Meski terus tersenyum, tapi dia terbata-bata ketika diminta keterangan untuk mengungkapkan perasaan setelah menerima buku tabungan yang berisi nominal bisyaroh yang diserahkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Kami tidak menyangka, pemerintah memberi perhatian kepada guru ngaji dan benar-benar terharu,” Baru kali ini setelah Pak Ganjar berpasangan dengan Gus Yasin,”. Ini memang apresiasi dari pemerintah Agar ustadz ustadzah bisa profesional dalam membimbing santri,” ujar Ali Badruddin saat ditemui usai menerima insentif.
Ali mengaku sebagai lulusan Pondok Pesantren Sendang Senori Tuban Jatim dan dianggap mumpuni dalam penguasaan ilmu agama sehingga diminta untuk mengajar ngaji. Dia bersama 5.000 guru ngaji kabupaten Pati menerima insentif sebesar Rp 1,2 juta selama satu tahun yang dibagikan per triwulan. Menurut Ali, jika dihitung uang sebesar itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. Namun dia sama sekali tidak mempersoalkan hal itu,”katanya.
“Bukan persoalan cukup atau tidak cukup. Secara matematis tidak cukup. Tapi kok masih mau memikirkan ustadz-ustadzah, yang selama ini teman-teman memang diniati lillahi ta’ala. Diberi bisyaroh alhamdulillah diberi sedikit pasti berkah. Guru-guru ngaji tidak pernah menjadikan uang sebagai tujuan tapi untuk berjuang. Semuanya tetap Alhamdulillah,” pungkasnya dengan berlinang air mata. (tim NM/Pati).