P2RPTI Gandeng PR Industri Kecil, Berikan Sosialisasi Cara Pasarkan Produk
26 Views

KUDUS.NEWSMETRO.CO – Kenaikan harga rokok secara berkelanjutan menjadi salah satu penyebab peredaran rokok ilegal susah dihentikan karena pasar rokok nircukai ini memang tidak pernah mati. Harga murah menjadi iming-iming paling besar bagi pecandu rokok yang ingin membakar daun tembakau tanpa harus menguras kantong lebih dalam. Selisih harga rokok bercukai dengan yang ilegal bisa sampai lebih dari separuhnya.
Kalau melihat harga dan segmen yang disasar, itulah ceruk pasar yang selama ini digarap industri rokok skala rumah tangga mikro kecil dan menengah ke bawah. Industri rokok kecil memang menanggung beban paling berat atas kenaikan tarif cukai kendati beban cukai yang ditanggung lebih rendah dibanding dengan pabrik besar dengan produksi mencapai miliaran batang per tahun.
Kendati demikian, dengan segala keterbatasan modal, teknologi, promosi, dan sumber daya manusia menjadikan kemampuan mereka mempertahankan kelangsungan hidup menjadi sangat rendah. Ibaratnya air banjir sudah merendam hingga dagu sehingga ketika terjadi gelombang sedikit saja, terjangan air langsung menyergap mulut dan hidung sehingga mereka kesulitan bernapas.
Sementara itu, raksasa industri rokok dengan kemampuan modal nyaris tak terbatas dan dukungan promosi yang demikian masif, selama ini mampu menaklukkan konsumen kelas menengah atas. Oleh karena itu mereka masih bisa terus eksis bahkan tumbuh dan berkembang.
Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Petani Tembakau Indonesia (P2RPTI) mencatat kenaikan tarif cukai terus-menerus menyebabkan industri rokok skala rumah tangga dan kecil secara perlahan namun pasti gulung tikar. Rata-rata pemilik perusahaan Rokok Skala Kecil ini mengeluhkan harga pemasaran, sehingga P2RPTI berusaha membantu untuk memberikan jalan keluarnya.
Gabungan perusahaan pabrik rokok berskala kecil berkumpul di sebuah warung Bambu Wulung di Kudus ini tengah membicarakan persoalan rumit yang dialami terutama adalah harga dan pemasaran produk secara luas.
Jaka Supeno Ketua Umum P2RPTI adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang untuk memperjuangkan penghasil petani tembakau di seluruh Indonesia. Mengadakan sosialisasi terhadap pemilik perusahaan rokok skala kecil yang di fasilitasi UMKM rumah makan Wulung Kudus Rabu 23 /11/2022 ini, melibatkan beberapa pemilik perusahaan rokok di Kudus dan daerah lainya di Karesidenan Pati.
Dari puluhan orang yang hadir, rata-rata mengeluhkan harga pasaran produknya secara luas. Cara pemasaran yang sulit, kenikmatan cara merokok terutama rasa juga tidak kalah menarik dengan rokok lainya. Sedangkan secara umum bagi penikmat rokok akan bisa merasakan yang di nilai oleh konsumen itu sendiri, “dihimpun tanggapan dari peserta yang hadir.
Menurut dia, pemerintah tetap perlu melindungi industri rokok skala kecil agar mereka tetap hidup sekaligus membayar cukai dengan tarif yang sesuai dengan kemampuan. Kebijakan ini diyakini bakal mampu menekan peredaran rokok ilegal.
Jumlah rokok yang disita tersebut ibarat hanya puncak gunung es karena jauh lebih besar lagi yang beredar namun luput dari penindakan. Kenaikan harga rokok legal berpotensi menambah pangsa pasar rokok ilegal yang harganya memang jauh lebih murah.
Jaka Supeno saat dikonfirmasi newsmetro.co menjelaskan, bahwa kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat dan menyamakan persepsi terhadap pemilik industri rokok skala kecil agar bersinergi dan bisa saling memberikan manfaat. Maka organisasi yang tergabung di P2RPTI secara bertahap akan berupaya cara mengatasi persoalan ini. Terutama kendala yang dialami perusahaan rokok skala kecil ini memang beragam,”Ujar Supeno.
Harapan kedepan perusahaan pabrik rokok skala kecil bisa berkembang dan menjadi skala perioritas yang bisa memberikan manfaat terhadap perusahaan pabrik rokok ditiap tiap wilayah yang menginginkan untuk memasarkan produknya secara luas,”imbuh Supeno.
Ditanya soal Penjenamaan (branding) dan pemasaran (marketing) produk lokal Supena menjelaskan, “itu adalah kunci sukses penjualan”. Sulitnya pemasaran memang telah memukul usaha mikro kecil menengah. Namun selain itu, kolaborasi adalah trik baru ketimbang pusing dengan kompetisi.
Menurut Jaka Supeno yang didapuk menjadi Ketua umum P2RPTI menyampaikan,“Saya nggak melihat kesamaan produk sebagai persaingan. Saya menganjurkan untuk rajin memantau di lokasi-lokasi distribusi. Meskipun di lokasi distribusi banyak produk yang sejenis, saya berpikir tidak jamannya lagi kompetisi tapi kolaborasi,” kata Jaka sebagai nara sumber sosialisasi bersama pemilik industri rokok skala kecil di Kantor sekretariat UMKM Bambu Wulung Kudus (23/11/2022).
Sosialisasi yang dikemas dalam bentuk musyawarah, Jaka Supeno menyampaikan tentang branding dan marketing produk di masa terpuruknya harga tembakau, bersama pemilik industri rokok Skala kecil diikuti sekitar 20 peserta yang hadir mengajak para pemilik perusahaan rokok skala kecil ini lebih ke teknis pemasaran produk.
Foto bersama usai pertemuan, P2RPTI dengan pemilik PR industri kecil golongan 3
Sementara Rusdi Rahman pemilik perusahaan rokok golongan 3, saat diwawancarai menyampaikan, dalam rangka pertemuan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan kerja sama yang baik dengan pihak P2RPTI.
“Kami dari pemilik Perusahaan Rokok golongan 3 ini memang sangat kesulitan untuk memasarkan produk, terutama permodalan tidak cukup sehingga sistemnya kurang bisa diterima konsumen. Kalau dari pihak P2RPTI ternyata ada kesempatan bisa memfasilitasi untuk pemasaran produk yang belum bisa terkafer oleh kemampuan, maka itu sangat bagus,”Kata Rusdi kepada newsmetro di ruang pertemuan.
Kemudian dari pihak P2RPTI bersedia memfasilitasi pengambilan cukai itu sangat bagus. Karena selama ini kami dari golongan 3 untuk pengambilan cukai saja harus bayar dulu baru dapat cukai. Bahkan sempat terjadi penundaan sampai satu bulan baru dapat cukai, Imbuh Rusdi dengan nada sedih.
Harapanya dari semua pemilik perusahaan rokok yang berskala kecil, Pemerintah seharusnya melindungi pabrik rokok kecil karena mereka juga memiliki kontribusi terhadap pemasukan negara dan menyerap tenaga kerja. Bisa memasarkan produk lebih luas dan bisa diterima oleh konsumen. (tim NM/Pati).