Bareng DPRD Jateng : Nguri-uri Budaya Jawa Merupakan Tanggung Jawab Bersama
33 Views
KAYEN-PATI.NEWSMETRO.CO – Budaya asli Indonesia khususnya jawa mulai asing bagi generasi penerus. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran bagi Supriyanto yang merupakan warga asli dari Desa Jatiroto sebagai anggota dewan Propinsi Jawa Tengah Komisi C yang membidangi pelestari seni dan budaya, agar tetap dikenal oleh generasi muda dan tidak punah.
Oleh karena untuk memotivasi generasi penerus bangsa diadakan wawancara dengan tema”Nguri-Uri seni dan budaya berbasis kearifan local”dengan empat narasumber yang di hadirkan dari desa setempat di Pendopo makam Ki Gusti Mataram Senin (12/6/2022) pukul 19.30 WIB.
Keempat narasumber tersebut sangat kental dan empati terhadap seni budaya yang ada diantaranya, Supriyanto S.H anggota DPRD Propinsi Jateng, Gunadi sebagai pelaku dan pemerhati wayang, Mad Zaenuri sebagai tokoh pelestari seni dan budaya, Rusmito sebagai Pengamat Seni dan budaya.
Supriyanto dalam wawancara yang digelar melalui Kompas TV tentang pelestari seni dan budaya menyampaikan keprihatinannya kepada generasi muda yang mulai tidak mengenal budayanya sendiri. “Saya prihatin kepada generasi muda yang mulai meninggalkan budayanya dan kebarat-baratan. langkah yang diambil dalam event ini sangatlah tepat karena kalau bukan kita yang melestarikan budaya sendiri siapa lagi,” kata Supriyanto.
Gunadi pelaku budaya wayang menandaskan, kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat budaya jawa perlu mendapat apresiasi karena generasi muda sudah mulai terdistorsi oleh budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya asli jawa. “Saya merasa bangga kepada para peserta didik yang telah bersemangat mengikuti latihan karawitan, dan ini merupakan hal baru bagi mereka(peserta),” katanya.
Sedangkan setiap tokoh wayang memiliki ciri karakter yang merupakan pencerminan dari karakter manusia di dunia, ada yang berwatak serakah, ada yang berwatak kestaria, ada yang berwatak pengecut, ada yang berwatak tidak peduli, dan banyak lainya lagi. “Yang paling sering di koleksi adalah tokoh Punakawan. Oleh karena nguri-uri budaya ini, banyak anak-anak yang diajak oleh orang tuanya melihat pagelaran wayang bahkan hingga menjelang pagi,”lanjut Gunadi dalang asli Desa Jatiroto itu.
Mad Zaenuri selaku tokoh yang empati terhadap pelestari seni dan budaya menyampaikan, “Istilah nguri-uri dalam bahasa Jawa juga sering dikaitkan dengan merawat tradisi atau segala bentuk kebudayaan (Jawa). Nguri-uri budaya diartikan sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menjaga warisan leluhur Jawa yang dikemas dalam tata cara, nilai-nilai atau selebrasi Jawa.
Nguri-uri budaya adalah istilah bagi orang Jawa untuk melestarikan kebudayaan nenek moyang. Nguri-uri budaya dapat dilakukan dengan melaksanakan tradisi maupun menyampaikannya secara verbal atau tertulis. Dalam banyak kegiatan budaya, bukan hanya para penampil saja yang melakukan uri-uri, namun para penonton juga secara langsung ikut melestarikan budaya.
Rusmito selaku pengamat seni dan budaya menyampaikan,”Jaman sekarang banyak kebudayaan Jawa yang mendekati kepunahan, karena pemuda-pemudi banyak yang meninggalkanya. Walaupun ada sedikit yang bermaksud melestarikanya, tetapi tidak tahu apa artinya. Generasi muda lebih suka dengan budaya manca.
Oleh karena itu banyak usaha orang Jawa dalam nguri-uri lebih bermaksud untuk mempertahankan jati dirinya. Misalkan saja kepemilikan wayang kulit. Banyak jaman sekarang orang yang mengoleksi wayang kulit bukan untuk dipentaskan, namun lebih menjadi sesuatu yang dibanggakan dan di luhurkan karena nilai filosofi disetiap karakter tokohnya dan estetikanya (TIM PATI)