Rusunawa Kudus Siap Jadi Lokasi Karantina Pemudik
5 Views

KUDUS, NEWSMETRO.CO – Forum Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kudus mengecek flat alias rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang akan menjadi tempat karantina pemudik. Bangunan Twin Blok (TB) IV di Desa Bakalan Krapyak, Kaliwungu, Kudus, ini, dinyatakan sudah siap untuk menampung pemudik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Plt Bupati Kudus Hartopo memimpin pengecekan ke sejumlah ruang di flat Sabtu, (11/04)kemarin, memeriksa segala bentuk kesiapan dan protokol gedung. Dia menyatakan, TB IV sudah siap digunakan untuk menampung para pemudik yang datang. Segala bentuk protokol, salah satunya akses satu pintu, dinding pembatas, dan tim medis sudah tersedia. ”Kami ingin tahu bagaimana kesiapsiagan di lokasi. Semua sudah disiapkan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, tempat karantina ini diperuntukkan bagi pemudik yang lolos screening dari terminal Kudus. Mereka memang dicek kesehatanya dulu. Jika ternyata ada gejala Covid-19, pemudik akan dirujuk ke rumah sakit. Para pemudik yang dari lolos screening dari terminal, akan mendapat pemeriksaan kembali di lokasi karantina. ”Rusunawa untuk pemudik dari arah Surabaya maupun dari arah Jakarta,” ungkapnya.
Selain mengkarantina pemudik yang menggunakan transportasi umum, Pemkab Kudus juga melakukan langkah tegas. Hartopo akan mengkarantina pemudik yang pulang dengan kendaraan pribadi. Dengan koordinasi bersama camat dan pemangku wilayah desa, pemudik yang mengendarai kendaran pribadi akan didata keberadaannya.
Sementara terkait protokol keamanan dan tim medis, tempat karantina ini akan dijaga selama 24 jam. Teknisnya, ada enam perawat dan tiga orang dokter yang akan diterjunkan. Penjagaan juga akan melibatkan petugas gabungan dari Polres, Kodim, Satpol PP, dan Dishub Kudus. ”Mereka akan berjaga dengan tiga shift. Tim medis akan memakai APD lengkap,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus Agung Karyanto mengatakan, flat ini mempunyai 96 kamar. Secara teknis, satu kamar akan ditempati satu pemudik. Sedangkan keluarga akan disesuaikan tempatnya, supaya bisa bersama. Jika kuota penuh, pemudik lain akan dikarantina di lokasi lain yang telah ditetapkan Pemkab Kudus,” jelasnya.
Sementara itu, Camat Dawe Amin Rahmat mengaku, tempat karantina di Graha Muria sudah siap dihuni pemudik pada Senin (13/04). Pihaknya telah menyiapkan beberapa protokol. Mulai dari bekerja sama antara Puskesmas Dawe, Puskesmas Rejosari, dan jajaran aparat keamanan di Kecamatan Dawe.
Amin menyebutkan, Graha Muria ada lima ruang kamar, dua ruang bansal, dan satu aula. Total bisa menampung 28-30 pemudik. ”Para pemudik ketika dikarantina tak boleh ditengok maupun keluar dari tempat karantina,” jelasnya.
Sementara itu, saat ini sudah banyak pemudik yang sudah datang di Kabupaten Kudus. Mereka langsung pulang ke rumah. Di antaranya di Kecamatan Gebog. Sampai kemarin, jumlah pemudik mencapai 1.516 orang. Jumlah ini diperkirakan masih bisa bertambah.
Dalam upaya pengantisipasi penyebaran Covid-19, Pemerintah Kecamatan Gebog telah menyiapkan rumah singgah untuk para pemudik. Rumah singgah ini berlokasi di empat titik. Di Gedung JHK Gebog, Balai Diklat Sonya Warih Menawan, gedung selatan Balai Desa Jurang, dan SD Desa Klumpit yang sudah tidak terpakai. ”Untuk yang di Desa Jurang dan Klumpit masih proses. Rencana hari Senin kami akan koordinasikan dengan pihak yang menaungi,” kata Camat Gebog Bambang Gunadi.
Dikatakan, Gedung Balai Diklat Sonya Warih berkapasitas 20 orang. Sementa di JHK Gebog dapat menampung 13 orang. Pihaknya menegaskan jika empat tempat itu merupakan rumah singgah pagi pemudik. Bukan tempat isolasi bagi penderita Covid-19. Jadi, pihaknya berharap masyarakat tak perlu panik dan khawatir. Sebab, dia menjamin keamanannya. ”Kami sudah muter untuk sosialisasi. Kami harap masyarakat bisa memahaminya,” tegasnya.
Karena jumlah pemudik dan tempat tersedia tak seimbang, pihaknya memberlakukan skala prioritas. Pemudik yang dapat mengisolasi mandiri di ruah singgah diprioritaskan yang rumahnya kecil dan tak punya kamar sendiri. Selain itu, di rumah pemudik ada bayi atau lansia dan keluarga yang sedang sakit. ”Atau yang keluarganya waswas kalau mengisolasi diri di rumah. Nanti akan kami prioritaskan, mengingat jumlah tempat yang tersedia terbatas,” ujarnya.
Agar tidak bosan, di rumah singgah disediakan televisi. Selain itu, juga mereka diedukasi dengan rutin mencuci tangan pakai sabun, selalu pakai masker, dan hidup bersih. ”Kami tetap mengimbau pemudik yang sudah terlanjur di rumah untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing. Jika dalam 14 hari pemudik mengalami gejala sakit, segera melapor. Kami bersama tim medis dari puskesmas akan membantu pengobatan dan perawatan,” katanya.
Bambang menambahkan, dalam menghadapi situasi ini, pihaknya mengaku telah membentuk tim penanganan Covid-19 di tingkat kecamatan. Bahkan, pihaknya juga telah membentuk tim relawan hingga tingkat desa.
”Tim relawan ini membantu kami dalam melakukan pendataan. Sekaligus menyampaikan imbauan kepada masyarakat terkait cara hidup sehat dan bersih hingga cara isolasi mandiri bagi pemudik yang baru datang,” imbuhnya. (tim NM/Kudus)