Menguak Misteri Gunung Kendeng, Watu Payung Adalah Simbol Bersemayamnya Para leluhur (Dewa Dewi)
22 Views
=======FOTO MBAH JASRI ==== |
PATI, NEWSMETRO.CO – Perjalanan untuk menemukan jati diri di dalam hal keyakinan dunia ghaib semakin mendapat perhatian khusus bagi kalangan ahli spiritual. Hal ini sebagai simbol untuk menguak sebuah fenomena alam di pertapaan “Watu Payung” yang penuh misteri. Selangkah demi selangkah, fenomena alam tentang dunia ghaib hampir mencapai puncak dan terwujudnya sebuah reinkarnasi di alam nyata.
Melalui terawang bathin para ahli spititual, telah terpapar gambaran jelas dan nyata bahwa keberadaan “Watu Payung” menyimpan sebuah misteri yang di pandang perlu untuk merubah niat bagi para pihak yang berupaya merusak Gunung Kendeng dengan rencana pendirian pabrik semen milik PT Indocement yang menimbulkan kontroversial di masyarakat Pati.
Seperti diungkapkan oleh Mbah Jasri (65) warga dukuh Bacem, Desa Baturejo, kecamatan Sukolilo bahwa Gunung Kendeng merupakan simbol bersemayamnya para leluhur (dewa dewi) sehingga nuansa dan kekuatan gaib disana cukup kuat. Bahkan konon kabarnya, rencana pembangunan pabrik semen bakal membuat para leluhur marah dan jika pembangunan tetap dilaksanakan maka diyakini bala tentara sang Maharaja atau Dewa Syiwa akan menghancurkan setiap upaya pengrusakan Gn. Kendeng.
Mbah Jasri mengatakan salah satu tempat keramat di Gh Kendeng ialah pertapaan “Watu Payung”.
Ia berkisah, awal pertemuan dirinya dengan Watupayung ialah saat ia pertama kali belajar tentang ilmu keyakinan.
Pada tahun 1993 saat berada di Jakarta, ia bertemu dengan seseorang sesepuh bernama Eyang Kabul yang mengaku salah satu trah keturunan dari Keraton Solo dan bergelar “Suryaningrat”. Dalam pertemuannya, Eyang Kabul memberikan petunjuk kepada Jasri bahwa di desa kelahirannya ada tempat yang dipercaya sangat sakral dan kehidupan yang abadi yaitu bernama Watu Payung” yang berada di pegunungan Kendeng Sukolilo, Pati.
Waktu mendapat petunjuk dari Eyang kabul, Mbah Jasri tidak mengetahui apa-apa tentang petunjuk tersebut. Pada tahun 1995 Mbah Jasri di ajak oleh Eyang kabul ke lokasi Watu Payung, dan di beri petunjuk banyak hal tentang keberadaan Watu Payung yang sebenarnya. Namun Mbah Jasri belum bisa membuktikan apa-apa di dunia ghaib. Setelah beberapa lama kemudian, MbahJasri di suruh mengingat kembali atas kejadian pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1999 tepat pada pukul 9 waktu diajak ke lokasi Watu Payung. Saat itu ia mengaku melihat sebuah petunjuk berupa dua sinar yang mau masuk pada tubuh seseorang.
” Sampai saat ini sinar itu masih dirahasiakan namun pada waktunya nanti, sinar itu akan masuk ke seseorang yang sangat berguna bagi orang banyak ,” tutur Mbah Jasri.
Sinar yang dimaksud adalah perpaduan kekuatan para penguasa gaib yang jika masuk pada seseorang, baru bisa berguna untuk sesama. Tapi selama masih berupa cahaya itu tidak berarti apa apa, jelas pria yang keras menolak pembangunan pabrik Indocement ini.
Ditambahkannya, ada petunjuk dari Eyang Kabul bahwa pada medio tahun 2016-2017 orang yang akan mendapatkan sinar titisan itu adalah orang yang terlahir dari bumi Pati tepatnya di wilayah Sukolilo yang tidak jauh dari pegunungan Kendeng. Eyang Kabul mencari seseorang yang merupakan titisan Arjuna. Orang yang di maksud Eyang Kabul adalah harus trah asli orang Pati Selatan yaitu wilayah Sukolilo orang di luar itu tidak bisa.
Mbah Jasri menghimbau agar , semua orang yang punya keyakinan agar bersama sama menjaga kelestarian Gunung Kendeng terutama dari para pemburu batu kapur yang berencana membangun pabrik semen.
Tidak lama kemudian setelah memberikan petunjuk kepada Mbah jasri, tepatnya tahun 2013 Eyang kabul tutup usia dan untuk pemakamanya di iringi upacara kebesaran karena memang keturunan dari keraton. Dari beberapa pesan yang disampaikan oleh Eyang kabul kepada Mbah Jasri menjadi bekal untuk mendalami dunia keyakinan.
Setelah meninggalnya Eyang Kabul, menjadi renungan bagi Mbah Jasri atas dasar petunjuk yang didapatkan sehingga terbukalah pintu hatinya untuk mendalami dunia keyakinan. Setelah itu saya mendalami apa yang disampaikan masalah keyakinan semakin masuk, tapi semakin diam. Terasa ada keganjilan sehingga didalami terus,” ujarnya. Sampai saat ini beliau sudah membuktikan bahwa orang yang dimaksud dalam keyakinanya, sudah bertemu langsung setelah sinar itu nitis/reinkarnasi kepada seseorang asal dari desa Sukolilo itu sendiri yang tidak jauh dari lokasi pertapaan “Watu Payung”.
Secara keyakinan tentang bumi Pati, Mbah Jasri menilai,” bahwa bumi Pati adalah bumi tertua di dunia. Karena bumi pati adalah sudah terbentuk sejak jaman dahulu. Hal yang mendasari adalah tempatnya para leluhur agung ada di pati. Mengenai sejarah gunung kendeng Induknya hanya di watu payung, “ujarnya
Di tanya soal kekuatan gaib di Pantai Selatan tentang Ratu Lait Kidul yang tersohor sampai ke mancanegara, diyakini mbah Jasri masih di bawah Watu Payung yang termasuk urutan tertinggi di dunia. Alasannya, karena kekuatan di Pantai Selatan hanyalah kekuatan jin bukan kekuatan para dewa. Sedangkan Watu Payung adalah kekuatan para dewa sehingga kekuatan gaib Pantai Selatan masih jauh di bawah kakuatan di Watu Payung.
Menyoal rencana berdirinya pabrik semen di Gunung Kendeng, Mbah Jasri menjawab, sampai kapanpun saya menolak keras. Pasalnya, pemerintah kabupaten Pati seharusnya bertanggung jawab untuk melestarikan keberadaan Gunung Kendeng yang menjadi daerah resapan air dan memiliki sejarah yang cukup penting.
Bagaimana seandainya pembangunan PT Indocemen tetap ngotot berdiri di sana maka efek sampingnya luar biasa.
” Saya berani didepan untuk menolak. Karena awal kehidupan bumi Pati adanya di sepanjang Gunung Kendeng dan induknya berada di Watu Payung, “ tegasnya.
Pria murah senyum ini juga meyakini jika kerajaan Gaib para dewa diusik di Watu Payung dengan adanya pembangunan pabrik semen, maka para pelaku akan sengsara dalam hidup dan mengalami penderitaan hingga turun temurun.
Mbah Jasri berharap kepada pemerintah agar menetapkan Gunung Kendeng sebagai kawasan yang di lindungi dan dilestarikan,” terangnya mengakhiri. (tim News Metro/Pati)